Bocah Angon

Salam sejahtera

Bocah angon atau yang kita singkat dengan sebutan cah angon, menjadi dasar atau filosofi pokok untuk kita bisa menerima dan mendalami ngelmu kesempurnaan secara maksimal. Cah angon disini bukan bertujuan seperti terjemahan 'kata' nya yaitu: menjaga dan mengendalikan hewan peliharaan. Akan tetapi lebih memaknainya sebagai : wujud nyata pengendalian diri, terutama dalam pengendalian nafsu kita. Ketika kita nantinya sedang  mengendalikan nafsu kita atau angon angen, itu sama halnya kita sedang membuka pintu batin kita sendiri, membuka dan melatih kepekaan batin kita supaya mampu mengendalikan jasmani kita secara maksimal atau tidak terpengaruh oleh hawa dari nafsu. Ketika batin kita mendominasi dalam pengendalian jasmani kita tanpa adanya nafsu, sudah dipastikan dalam setiap pemikiran, ucapan dan tindakan kita, selalu didasarkan oleh pemikiran yang panjang dan pendalaman yang merujuk pada dasar hati kita. Sehingga kita setiap kali berbicara dan bertindak akan selalu diperintah oleh hati kita, bukan berdasarkan pemikiran atau malah nafsu yang mendominasi. Sehingga secara otomatis setiap berbicara dan bertindak akan berdampak pada hal hal yang psotif dan tentunya tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain yang ada di sekitar kita. Setelah bisa mengendalikan nafsu kita, nantinya kita menjadi orang yang lebih bijak dan lebih arif dari pada orang orang yang belum bisa mengendalikan nafsunya.

Bocah angon / cah angon yang admin harapkan nantinya mampu merangkul, mampu mengayomi, mampu mengamankan diri sendiri, orang lain, masyarakat, negara, dan alam kita disekitar kita. Berbicara yang arif, bijak dalam setiap perbuatannya menjadi hasil ketika kita mampu mengendalikan hawa dari nafsu. Lantas cah angon kalau hasilnya adalah arif dan bijak, sebenarnya tujuan utamnya apa?
Tujuan utamanya yaitu penyempurnaan diri sebagai modal kita untuk kembali kepada dzat yang menciptakan kita, kembali kemana dan darimana kita berasal, yaitu tidak lain dan tidak bukan tuhan kita yang maha kuasa.

Belajar mengendalikan nafsu itu bukan perkara yang mudah. Admin simbolkan sebagai (burung dalam sangkar). Burung adalah nafas kita, dan sangkarnya adalah nafsu kita. Coba kita bayangkan kalau nafas yang notabennya kekuatan raga kita malah dibelenggu oleh nafsu angkara murka. Apa yang kira kira akan terjadi? Sudah sangat jelas, nafsu akan terus membelenggu kehidupan kita selama lamanya. Lantas yang perlu kita lakukan adalah melepaskan burung itu supaya terbang bebas mencari jatidirinya.. atau kita lepaskan nafas kita dari belenggu hawa nafsu, supaya kita bisa melangkah ke jenjang berikutnya yaitu mencari jatidiri kita sampai ketemu.

Sama halnya burung kalau sudah lupas, dia akan terbang bebas dan tinggi ke langit yang luas.. tapi burung itu terbang bukan mencari makanan atau yang lainnya. Burung itu akan mencari dimana sarang dan dimana dia berasal.

Sama halnya dengan nafas kita, setelah keluar dari jeratan nafsu, nafas kita akan mencari jatidirinya dan mencari dimana dia berasal. Jatidiri nafas adalah tidak lain dan tidak bukan, adalah tuhan itu sendri.. dan sarang dari nafas adalah kayu gung susuheng angin.
Dimana disitu ada air kehidupan yang langsung berhubungan secara langsung denga dzat tuhan kita.

Setelah sampai pada dzat tuhan maka kita sudah sampai dari tujuan utama kita, dan hasilnya kita akan menjadi manusia yang arif dalam bicaranya dan bijak dalam setiap tindakannya.

Bagaiamana mengeluarkan nafas kita dari belenggu nafsu angkara murka?
Yaitu dengan memahami nafas dan nafsu itu sendiri. Nafsu itu karunia dari tuhan yang sangat luar biasa, jadi kita tidak boleh mematikannya atau membuangnya dari dalam diri kita, melainkan dengan mengendalikannya lewat perantara nafas.

Nafas dan nafsu itu satu kesatuan tapi berbeda tujuan. Nafsu tidak akan terealisasi tanpa adanya nafas.
Admin gambarkan sebagai karburasi sebuah motor.

Bensin itu nafas.
Dan udara adalah nafsu.

Percampurannya harus pas dan seimbang sehingga akan mampu menimbulkan rasa yang mudah dikendalikan.

Contohnya:
Jika percampuran angin dan bensin pas, maka motor akan mudah dikendalikan dan dengan mudah mengantarkan kita sampai tujuan.
Beda kalau campurannya tidak seimbang. Motor sulit dikendalikan dan bisa membhayakan diri kita yang menaikinya. Bisa jatuh, menabrak orang, mogok dst.. sehingga kita malah tidak sampai pada tempat tujuan kita.

Sama halnya dengan keseimbangan antara nafas dan nafsu kita, jika tidak seimbang. Kita bisa melukai diri kita sendri, melukai orang lain / lingkungan yang mengakibatkan kita tidak sampai pada tujuan utama kita yaitu tuhan yang menciptakan kita.

Cara menyeimbangkan antara nafas dan nafsu.
Yaitu dengan olah pernafasan kita..
Nafas bisa digerakan oleh kita sendiri (sadar) dan bergerak secara otomatis (tidak sadar).

Kalau kita yang menggerakan nafas.. jumlah tarikan udara dan keluaran udara itu seimbang.
Beda dengan yang otomatis (tidak sadar), dimana jumlah tarikan dan keluaran udara itu disesuaikan dengan kondisi nafsu kita.

Ketika nafsu kita sedang tinggi, marah, tertekan, dst..
Perhatikan nafas kita.. sudah sangat jelas jumlah udara yang masuk lebih sedikit ketimbang yang keluar.. yang menyebabkan tubuh kita kekurangan oksigen, menyebabkan tubuh kita sulit dikendalikan.

Tapi ketika kita sedang emosi, marah, tertekan dst..
Coba kita langsung ambil alih nafas kita.. jumlah udara yang masuk kita perbanyak.. dan pengeleuarannya kita kendalikan.
Apa yang terjadi.
Tubuh kita akan mudah kita kendalikan.. sehingga kita tetap sadar dan tidak melakukan hal hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain..
Coba kita bayangkan kalau setiap kali bernafas kita terus yang mengendalikan..  sudah sangat jelas kita mudah mengendalikan tubuh kita. Jadi tidak gampang marah, jadi tidak gampang emosi, dst..
Karena pasokan oksigen selalu banyak dalam tubuh kita. Yang menyebabkan tingkat kesadaran dan pengendalian tubuh kita jadi terjaga..
Untuk bisa pengendalian nafas secara terus menerus oleh kita, kita harus banyak berlatih dan pembiasaan. Dibiasakan setiap detiknya kita bernafas itu atas kehendak kita. Jangan sampai yang otomatis yang mengendalikannya, karena pengendalian yang otomatis tercemar oleh nafsu.

Setelah kita paham dan mampu mengendalikan nafas kita, ingat, ini bukan tujuan awal cah angon. Tapi ini hanya fase pertama yang harus dilalui.
Tujuan utama cah angon adalah kembali kepada dzat yang menciptakan kita, yaitu tuhan kita..
Lantas bagaimana tahap berikutnya?
Sudah admin bahas di postingan perjalanan menuju makrfat. Silahkan dibaca dan diaplikasikan.. jangan berhenti sampai tahap ini saja..karena ini bukan tujuan utama cah angon..
Setelah pengendalian selesai kita melangkah ke tahap menemukan cahaya sejati atau nur muhammad. Dimana proses mencari dan menemukan nur muhammad sudah admin bahas. Cari di beranda blog.

Setelah menemukan dan melihat nur muhammad, kita harus mencari air suci yang mensucikan, air yang datangnya dari tuhan,
Air ini pun sudah admin bahas, silahkan cari di beranda blog..

Setelah sampai pada air suci yang mensucikan, kemudian kita mencari tentang kebenaran tuhan, mencari kehadiran tuhan..
Ini juga sudah di bahas di blog yaitu postingan dzatullah. Silahkan cari di beranda blog.

Setelah nantinya kita sudah sampai dzat tuhan, nanti kita sudah sampai pada tujuan ahir kita yaitu tuhan kita yang maha kuasa.. jika kita sudah sampai tahap ini. Sudah pasti kita akan menerima hasilnya yaitu menjadi manusia yang arif dan bijaksana sehingga mampu mengayomi, mengamankan diri kita sendri, keluarga, masyarakat, lingkungan sekitar, negara dan alam disekitar kita.

Sudah sepantasnya kita menjadi manusia berguna bagi diri sendiri dan orang lain, dimana ini bukan perjalanan yang singkat dan mudah, melainkan panjang dan sangat membahayakan. Karena kita sedang melawan musuh terbesar dalam hidup kita, yaitu kita sendiri.

Semoga dengan membaca ini kita menjadi orang yang lebih baik daripada sebelumnya.
Salam cah angon..

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Siro dan ingsun

Angon Angen Lumantar Angin

Perjalanan Mencapai MOKSA