Filosofi ilmu padi.

Filosofi ilmu padi.

Semakin berisi semakin temungkul.. (menghadap ke bawah).

Salam sejahtera.

Pelit dengan hemat
Boros dengan loyal
Jenius dengan gila

Salah satu contoh beberapa hal yang sebenarnya beda tapi kita sulit membedakannya karena sangat tipis perbedaan itu sendiri yang ahirnya membawa kita justru ke hal hal yang sebaliknya..
Contoh kita berniat berhemat akan tetapi karena salah persepsi malah kita terjerumus menjadi pelit..

Sama halnya dengan ilmu padi.  Jika semakin berisi maka akan semakin merunduk.
Sama halnya dengan manusia semakin tinggi ilmunya maka akan semakin merunduk dan tidak memperlihatkannya..
Tapi kita harus eling lan waspodo supaya tidak terjerumus, semakin kita berilmu malah kita semakin merunduk dan tidak mau berbagi ilmu.. kita memasabodohkan orang lain dan hanya terfokus pada ilmu kita dan tuhan kita..

Jangan sampai seperti yang demikian.. karena itu salah kaparah sama halnya tadi niat hemat malah jadi pelit..

Kita harus seimbang dalam membagi antar kepentingan..
Contoh:
Hemat itu kepentingan jasmani..
Sedangkan loyal itu kepentingan rohani.
Kalau kita terfokus hanya pada jasmani (hemat)
Rohani kita juga harus diberi asupan berupa loyal antar sesama, menolong pada sesama, memberi pada sesama yang membuat batin kita senang (rohani).

Percuma dong kita berhemat siang malam menabung siang malam hanya untuk kepntingan jasmani yang akan datang..
Sedangkan batin kita tersiksa karena kurang mendapat asupan batiniah.

Menyeimbangkan itu sangat susah dan perlu kajian yang sangat mendalam dengan kesadaran jiwa yang sangat tinggi.

Sama halnya ketika kita sudah berilmu, jangan pikirkan diri kita sendiri..
Coba kita teladani tokoh tokoh yang berilmu tinggi seperti para wali, beliau membagi ilmunya kepada siapa saja yang menginginkannya tanpa pamrih dan penuh keiklasan.. karena beliau sudah berilmu tinggi layaknya padi dia akan merunduk dan melihat kebawah.. siapa yang dia lihat yaitu orang orang lemah yang ada disekitarnya (lemah ngelmu). Bukan dia melihat diri kita sendiri yang mengakibatkan dia lupa akan sesama.. jika kita masih mementingkan diri sendiri itu tandanya ilmu kita belum tinggi tapi sudah ikut ikutan padi, supaya menjadi tinggi, padahal itu justru mengotori hawa nafsu kita yang dulunya sudah bersih..

Jika kita sudah bisa menghadap gusti, kenapa kita tidak mengajak yang lain juga untuk ikut sama sama menyembahnya.. bukan malah mementingkan diri sendiri justru memasabodohkan orang lain..

Butuh kearifan dan kebijakan yang mumpuni..
Misalpun sangat sulit untuk dipahamkan dan dapat menimbulkan fitnah dst .. tapi kita harus punya kebijakan dan kearifan dimana kita bisa mengajak merangkul dan mengayom tanpa harus melukai, menyingkirkan, atau mendahului siapapun..

Berbagi ngelmu itu tindakan yang arif..
Tapi harus dengan cara cara yang bijak..

Supaya membuat lingkungan menjadi aman, dan tidak melukai siapapun.

Sama halnya hemat itu baik tapi jika ada seseorang yang perlu bantuan kita harus ringan tangan dalam membantu..
Karena membantu tidak akan pernah ada ruginya..
Malah kita untung mendapat balasan dari tuhan secara langsung..
Tapi ketika kita berhemat dan pelit yang rugi siapa?
Ya jelas kita sendiri karena kita tidak bisa menyeimbangkannya..

Jadi berbaik baiklah kamu jika kamu murah memberi entah itu ilmu, tenaga maupun materi karena itu hal yang sangat arif..
Tetapi berbijaklah caramu membantu.. supaya memberi keamanan dan tidak melukai siapapun.. disitulah makna filosofi pohon padi yang sebenarnya..

Salam sejahtera

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Siro dan ingsun

Angon Angen Lumantar Angin

Perjalanan Mencapai MOKSA