Hakikat dalam tasawuf

Hakikat dalam tasawuf

Salam sejahtera

Tentunya kita sering mendengar kata hakikat.
Dan sering digunaka dalam setiap pengkajian atau sebuah pedalaman..

Hakikat itu sama dengan Sejati.

Kenapa demikian karena sama sama merujuk pada kebenaran. Kebenaran yang seperti apa? Yaitu kebenaran mutlak atau pasti, yang datangnya dari tuhan langsung.

Lantas siapa yang mengerti hakikat? Yang mengerti hakikat adalah orang yang sudah sampai tingkatan makrifat.

Jika pengetahuan kita masih samapi tariqat (baru mengetahui jalannya tapi belum sampai tujuannya) maka kita belum bisa mengerti hakikat (sejati) hakikat dan makrifat itu satu pasangan yang sudah pasti. Kenapa demikian? Karena hakikat dan makrifat itu sama sama menjabarkan tuhan, dan sama sama sudah mengerti akan kehadiran tuhan didalam dirinya.
Lantas apa yang membedakan hakikat dan makrifat? Yang membedakan adalah cara bertemu tuhannya.
Kalau hakikat masih membaca (nur muhammad).
Sedangkan makrifat sudah menyatu dengan dzat tuhan itu sendiri (tanpa membaca nur muhammad) langsung berkomunikasi dengan dzat tuhan).

Lantas kenapa hakikat belum bisa menyatu dengan dzat tuhan? Padahal sudah sama sama mengetahui akan kehadiran tuhan didalam dirinnya? Yang membedakan adalah kalau hakikat masih membawa unsur (jiwanya). Sedangkan makrifat sudah tidak ada unsur jiwa, karena unsur jiwanya sudah di tinggal bersama raganya, yang ada hanya (aku sejati) dan tuhan itu sendiri. Yang menyebabkan sudah tidak ada unsur (keduniawian).

Jadi tidak ada satupun yang benar di dunia ini kecuali tuhan?
Jawabannya adalah iya.
Berarti tulisan admin ini juga bernilai salah?
Dewan jurinya hanya tuhan itu sendiri. Kita tidak punya kuasa sedikitpun untuk menilai benar atau salah.
Lantas tugas kita apa? Tugas kita hanya mengkaji dan mendalami dengan tuhan sebagai patokannya, yaitu dengan memandang nur muhammad secara langsung.

masih banyak sekali orang yang belum bisa melihat secara langsung nur muhammad. Dikarenakan keberadaannya yang dirahasiakan dan hanya orang yang sudah menempuh syariat yang boleh melihatnya, dibimbing oleh guru yang linuweh. Jika belum mempelajari syariat tapi langsung ingin melihat nur muhammad, yang terjadi adalah:
1. Tidak percaya (karena belum ada kesiapan, bekal)
2. Akan menimbulkan fitnah (karena ketidak tahuaannya akan yang dilihatnya).

Semoga dengan membaca postingan ini, kita akan lebih mengerti diri kita sendiri, memahami diri kita sendiri, dan mampu mengendalikan diri kita sendiri dengan sabik baiknya.

Salam sejahtera.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Siro dan ingsun

Angon Angen Lumantar Angin

Perjalanan Mencapai MOKSA