Perjalanan Menuju Makrifat (Manunggaling Kawula lan Gusti)

Perjalanan menuju makrifat (manunggaling kawula lan gusti)..

Salam sejahtera untuk kita semua..
Layaknya dua burung yang sedang bercengkrama meluapkan rasa cinta dan kedamaian dengan ketenangan jiwa yang tak terbatas..

Disini admin akan berbagi pengalaman tentang garis ahir perjalanan panjang bagaimana pencarian manusia dengan sang penciptanya. tujuan dari semua tujuan makhluk hidup dijagat yang fana ini. Makrifat orang orang jaman modern menyebutnya, dan Manunggaling Kawula lan Gusti dimana orang orang tempo dulu melukiskannya. Tapi pada dasarnya sama yaitu perkawinan antara ruh dan dzat sang pencipta.. menyatunya hamba dan tuhannya. Untuk mencapai itu semua banyak yang harus dilakukan dan dikorbankan selama pencarian.. tak hayal hanya manusia manusia yang terpilih yang mampu melaksanakan dan mendapat kanugrahan langsung dari sang penciptanya.. perjalanan dimulai dari mengenal diri sendiri sampai pada puncak dirimu sendiri,  beberapa yang harus dipahami untuk sampai pada makrifat diantaranya sebagai berikut:
1. Bojo sejati (semar)
2. Sedulur 4 dan 5 pancer
3. Nur muhammad (cahaya sejati) mocopat (moco barang papat)
4. Air sejati (air suci yang mensucikan).
5. Kayugung susuheng angin (tempat asalnya angin berasal)
6. Dzat tuhan yang maha esa.

Layaknya mencari tipak kuntul melayang (jejak burung terbang), galieh kangkung (galih dari pohon kangkung), dan tembineng pucang.. konsep konsep 6 diatas akan admin kupas satu persatu di pos berikutnya..  tapi sekarang admin hanya akan menjelaskan perjalanan mencapai makrifat. Layaknya cinta segita antara manusia, nabi muhammad dan tuhannya. Karena tiga itu saling berkaitan erat dan sambung menyambung. Sudah di gambarkan dengan jelas oleh filosofi seorang penggembala yang sedang bermain layang layang..
Seorang penggembala pada tahap ini adalah diri kita sendiri yang sedang menggembala (mengendalikan) hawa nafsu, pikiran, perasaan dan tindakan dimana disambungkan dengan tuhan (layang-layang) dengan alat atau piranti bernama ke-nur (cahaya nur muhammad). Konsep ini sudah sangat jelas dimana kita disambungkan kepada sang pencipta lewat cahaya.. pertanyaan yang muncul adalah bagaimana kita mencari cahaya itu? Untuk mengerti lebih dalam tentang cahaya suci itu akan ada di pos berikutnya.. disini admin menganggap semuanya sudah paham cahaya sejati itu. Untuk mencapai tuhan yang maha kuasa maka yang harus ditinggalkan adalah semua sifat dunia (horisontal). Kita tidak boleh silau melihat cahaya cahaya kehidupan yang beraneka ragam.. karena sejatinya kita hanya mencari cahaya yang suci (putih) dan kita bisa naik sampai atas langit berkat bantuan (bojo sejati/ semar) semar disini adalah pemegang peran utama untuk kita sampai pada sang pencipta.. bahasan tentang semar akan di bahas lebih ditail di pos berikutnya.. setelah kita meninggalkan semua rasa duniawi (iri, suka, sedih, senang , gembira dst) kita tinggal memandang cahaya yang suci itu sampai benar benar kamu terfokus ke cahaya suci itu (putih) sampai ahirnya kamu tenggelam lebih dalam dan masuk kedalam cahaya putih itu. Layaknya batu kecil yang di cemplungkan ke samudra yang sangat luas dan tidak ada batasnya..  meskipun batu itu ada tapi tidak kelihatan karena dibanding dengan samudra yang sangat luas.. sama halnya kita dengan keagungan tuhan yang maha kuasa maka kita jadi lupa siapa kita.. siapa jati diri kita.. lupa akan sedih luka dan lara.. lupa akan segala yang ada dunia.. karena kita hanya akan merasa nyaman tentram yang tak ada batasnya. Merasakan kasih dan sayang yang sangat dalam dari sang pencipta layaknya aksara jawa bila dipangku maka akan mati. Sama juga dengan kita, ketika kita dipangku maka kita akan mati dan tidak merasakan keduniawian yang ada hanya rasa rasa yang sudah admin tulis diatas.. dan pandangan kita hanya bisa melihat (bojo sejati) dalam bentuk sudah suci. Apabila bojo sejati (semar) ketika di alam dunia nyata berwarna (hitam) ketika sudah sampai pangkuan tuhan yang maha esa.. semar akan menunjukan badan aslinya yang suci.. dan kita akan mendengar suara halus yang menggetarkan jiwa kita. Yang memberi isarat kalau kita sedang dipangku sang pencipta.. karena rasa keduniawian sudah tidak ada lagi maka kita tidak ingin kembali lagi. Tapi semar akan mewejang dan menyadarkan bahwa ragamu masih didunia, kembali dan menyelesaikan tugas dunia sesuai dengan kwajiban manusia dengan sifat kesatria pada umumnya.. ketika kita kembali dari alam tersebut, kita merasa kaget dan berantakan tak beraturan (kaget sangkete) karena belum sinkron antara roh dan raga yang menyebabkan jiwa kita akan kacau sesaat.. dan ahirnya kita akan paham akan namanya wahyu sejati yang sebenarnya kita rasakan ketika dipngku tuhan yang maha esa.. dimana kita dan tuhan telah memjadi satu (manunggaling kawula lan gusti).

Sedikit pengalaman untuk menjadi gambaran abstrak kondisi saat dipangku tuhan yang maha esa.. karena gambaran diatas hanya seper juta milyaran kali dari kuasa tuhan yang tidak ada habisnya. Jangan berhenti menjadi manusia yang iklas dan selalu bersukur akan karunia tuhan yang tidak ada habisnya.. disitu akan menuntun kita dan mendekatkan kita kepada tuhan yang pencipta jagat seisinya..

Untuk lebih menghayati setiap kata kata diatas maka akan ada pendalaman konsep. Seperi cara mengetahui cahaya tuhan, mengerti wahyu sejati, dan paham konsep keiklasan meninggalkan sifat keduniaan, moksa, manitis dan konsep reinkarnasi. Yang akan di bahas lebih ditail di pos berikutnya..

Sekian. Salam sejahtera..

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Siro dan ingsun

Angon Angen Lumantar Angin

Perjalanan Mencapai MOKSA