Kesadaran jiwa

Mendalami Kesadaran jiwa..

Layaknya burung yang terbangbebas di hutan yang lebat..

Kesadaran jiwa adalah posisi dimana kita telah memenangkan musuh terbesar dalam dunia ini yaitu kita sendiri.. kita telah melampaui kayugung susuhenng angin.. atau kita telah mencapai tempat dimana hawa nafsu angkara murka berasal. Kita telah memenangkan rangkain perjalanan panjang menyusuri dasar kalbu (sanubari) kita telah melampaui batas kesadaran karsa yang sebenar benarnya. Pada posisi ini kita akan mengalami dimana
Tetap tabah meskipun sedang susah, tetap kuat meskipun sedang sakit, kita sadar bahwa yang hidup hanyalah rahsa dan karsa kita.. karena raga wadag (jasmani) akan menua akan mati ditelan hukum alam.. akan tetapi karena kesadaran jiwa kita paham bahwasannya sebenarnya kita tidak mati. Karena yang mati hanyalah jasmani kita. Rahsa dan karsa kita tetap kekal, karena berasal dari atma kehidupuan yang maha kuasa.. menuntun kita akan selalu eling lan waspodo terhadap asal dan jatidiri kita yang sesungguhnya..
Jika obat mampu menyembuhkah kulit yang luka.. maka kesadaran jiwa akan bisa menyembuhkan hati yang bimbang, hati yang terluka..  sehingga akan menyimpulkan sebuah rumus baru;

Jika jasmani kita senang
Batin kita belum tentu tentram . Akan tetapi jika batin kita tentram sudah otomatis jasmani kita akan ikut senang.

Rumus diatas sangat mudah dipahami bahwasannya tujuan utama kita adalah batiniah.. akan tetapi bukan perkara yang mudah karena kita harus melampaui kayugung susuheng angin. Atau tempat dimana nafsu berada.. untuk bisa mengendalikan nafsu maka kita juga harus bisa mengendalikan nafas kita..

Dikendalikan dengan cara tapa brata (semedi) menahan rasa keduniawian dengan cara puasa. Mengendalikan angin dalam diri kita adalah bukan perkara yang mudah tapi bisa dilakukan. Ketika kita bisa mengendalikan angin dalam diri kita.. maka kita bisa mengendalikan nafsu kita..

Sebagai contoh jika emosi kita sedang tinggi maka kita diwahjibkan membaca kalimat asthfirulohhalngadzim
Pada dasarnya kalimat itu sebenarnya sedang menuntun angin kita (nafas kita). Coba perhatikan ketika kita membaca kalimat itu.  Nafas kita dipanjangkan sesuai tarikan kalimat itu. Ketika kita mampu mengendalikan angin (nafas) kita maka secara otomatis juga kita akan mengendalikan emosi kita juga.
Misal kita sedang emosi tingkat tinggi.. tanpa membaca kalimat itu.. tapi kita langsung mengendalikan nafas kita.. antara tarikan dan buangan kita seimbangkan. Maka secara otomatis emosi kita juga akan langsung terjaga.. sudah sangat jelas bahwasannya mengendalikan segalanya yaitu berpusat pada angin (nafas) kita..

Untuk lebih ditail tentang angin nanti ada postingan khusus membahas kayugung susuheng angin..
Dipostingan itu nanti kita lebih dalam membahasnya..

Karena sekarang kita sedang terfokus pada kesadaran jiwa, sehingga kita hanya akan mengambil garis besarnya saja secara keseluruhan.. antar postingan akan saling berkaitan.. maka bijaklah jika kita membaca semuanya menjadikan kita tidak salah membawa arah dan tujuan tafsiran kita..

Salam sejahtera.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Siro dan ingsun

Angon Angen Lumantar Angin

Perjalanan Mencapai MOKSA