Kayugung susuheng angin (tempat asal angin)

Kayugung susuheng angin
(Tempat asal angin)

Salam sejahtera.
Banyaknya informasi asal muasal angin dan berbagai argumen yang ada, belum satupun yang mampu menuntunnya ke arah yang tepat dan mutlak.

Kenapa bisa demikian?, karena setiap informasi informasi sebenarnya masih dalam bentukan bungkusan yang rapat.. kenapa bisa rapat?, karena kita belum bisa membukanya dengan tepat.

Untuk bisa membukanya kita harus paham dulu apa tujuan kita mengerti akan suatu info itu. Apakah hanya untuk sekedar pengetauan tanpa diaplikasikan (terapkan) dan disitulah pokok permasalahnnya.. kita tidak bisa paham secara mutlak karena kita tidak pernah menerapkannya.. sebagai contoh: anda mencari tau bagaimana menaiki motor, tapi tanpa pernah anda menaiki motor itu sendiri.. itu yang membuat kita tidak pernah bisa merasakan pasti dan mutlak.. filosofi jawa:
Wong biso mergo bioso..
Orang bisa karena terbiasa.. maka anda akan merasa mutlak akan suatu info. Jika anda cuma mengerti cara menaiki motor tanpa menaikinya.. maka sampai kapanpun kita takan pernah bisa dan tau secara mutlak.

Dari bahasan diatas semoga membawa kita untuk lebih bisa mengerti dalam setiap mengolah informasi tentang susuheng angin.

Kayu: karep - keinginan
Gung: agung- besar tanpa bisa diukur.
Susuheng: tempat asal
Angin: pernapasan.

Hanya mengenal terjemahan kata saja kita akan dengan mudah menemukannya.

Dalam lakon pewayangan dikisahkan werkudara diperintah gurunya untuk mencari suauheng angin.. yang terletak di dasar samudra..

Kalau kita raba dengan konsep diri kita.  Tempat yang identik dengan samudra atau lautan yang sangat luas adalah hati kita.. hati kita selalu digambarkan bagikan lautan yang sangat luas karena tidak bisa dibaca dengan pasti..

Untuk mencapai dasar hati kita maka kita harus mengetahui hati kita dengan akurat.
Hati kita terdiri dari 3 lapisan.

1. Warna hitam.
2. Warna kuning.
3. Warna suci.

Dari lapisan diatas sudah kita pahami bahwa lapisan itu berada di nomor 3. Yaitu wanra suci..
Untuk bisa napak ke tahap suci atau ada unsur tuhan disitu (air suci yang mensucikan). Sudah menjadi hal wajib kita harus mengonceki (membuka satu satu). Dimulai dai lapisan pertama..

Hitam- adalah ketidak pastian, gelisah, gundah gulana..

Kuning- adalah ego sing tinggi, ke-akuan yang sangat dominan.

Suci: kebenaran yang datangnya dari sang pencipta.. yang di dalamnya mengandung air suci yang mensucikan (lebih ditail di postingan berikutnya).

Disitulah tempat dimana angin (pernapasan) kita berasal.. dan di tempat yang suci itu kita mengendalikan angin kita (kendali sodo) berada di dalam hati yang paling dalam.
Dimana penrapasan kita menjadi pusat dari pertemuan antara jasmani dan rohani.. menjadi penghubung cinta segitiga antara manusia rosul dan tuhan kita..  disitu juga kita akan mengendalikan seluruh jagat jasmani seisinya..

Jika kita masih berfikir tentang materil (real) tertangkap indra kita.. maka kita takan mampu menjangkaunya.. gunakanlah kesadaran dan rasa ketika kita sedang menarik dan mengeluarkan nafas. Coba resapi dan heningkan batin kita. Maka akan terasa dengan sangat jelas bahwasannya disitulah kayugungsusuheng angin..

Admin tidak mau langsung meberikan info secara langsung dan gamblang karena meskipun kita tahu tapi tidak bisa merasakannya maka itu sama saja bohong. Meskipun kita tidak tahu namanya  tapi kita bisa merasakan keberadaannya.. merasakan getaran getaran yang sangat halus layaknya mencium bunga yang semerbab.. disitulah kita paham akan arti kebenaran yang sejati..

Untuk bisa fokus ke dasar hati kita.. maka kita tidak boleh silau akan dua lapisan diatasnya.. kita harus tetap fokus menatap ke tengah sampai kita benar benar merasa tercebur kedalam samudra yang tak berujung..

Dari galian diatas sudah selayaknya kita menemukannya dengan keinginan yang tulus dan niat yang suci semata mata hanya untuk menerima kebenaran yang turunnya dari tuhan yang maha kuasa..

Salam sejahtera.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Siro dan ingsun

Angon Angen Lumantar Angin

Perjalanan Mencapai MOKSA